Pandemi Covid-19, Angka Kasus DBD di Bolmong Turun

Foto ilustrasi

Bolmong, MataBMR.id - Sejak Pandemi Covid-19, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) cenderung menurun. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Bolmong, angka kasus penderita DBD di tahun 2020 tercatat hanya 45 kasus. Ini menunjukkan bahwa kasus DBD pada masa Pandemi ini turun, jika dibandingkan pada tahun 2019 yang naik sampai dengan angka 175 kasus DBD. 

Kepala Dinas Kesehatan Bolmong, melalui kepala bidang pengendalian penyakit Yusuf Detu, mengatakan, bahwa penurunan kasus DBD mulai terlihat pada pertengahan tahun 2020.

"Memang kasus DBD pada pertengahan tahun 2020 sudah tampak penurunan kasus," kata Yusuf saat di hubungi, Kamis (04/03) kemarin. 

Ia mengungkapkan, bahwa pada tahun 2020 lalu itu kasus tertinggi terjadi pada bulan Februari. Dan desa dengan kasus paling banyak itu terjadi di Desa Tanoyan, Kecamatan Lolayan. "Tercatat hingga 12 kasus. Di mana, kasus tertinggi terjadi pada Februari dan Maret 2020," jelasnya.

Meskipun demikian, Ia mengingatkan kepada masyarakat agar tetap tingkatkan kewaspadaan dan tetap turut andil dalam upaya pencegahan DBD bersama pemerintah. 

"Terlebih saat ini cuaca tidak menentu, bahkan sering pula hujan setelah cuaca panas. Jangan sampai ada genangan air yang menjadi sarang nyamuk," imbaunya.

Berdasarkan hasil penelusuran, jika melihat turunnya angka kasus DBD di tahun 2020 akibat kurangnya warga yang berobat di layanan kesehatan, seperti Puskesmas dan Rumah Sakit. 

Ketika ditelusuri, ternyata masyarakat takut berobat di Puskesmas maupun Rumah Sakit terdekat karena jangan sampai nanti akan di vonis positif Covid-19. 

Cici (25) salah satu warga Kecamatan Passi Barat mengaku jangankan mau datang ke rumah sakit atau puskesmas terdekat. Untuk datang berobat ke mantri desa saja sekarang sudah takut. Alasannya tak lain karena khawatir dinyatakan positif Covid-19.

"Tahun 2019 saya pernah kena DBD dan pergi berobat di puskesmas terdekat. Tetapi pada tahun ini, jika merasa sakit flu atau panas dingin cukup beli obat di warung atau apotek. Karena kalau ke rumah sakit, Puskesmas atau mantri desa takut divonis Covid-19," ungkapnya.