Bupati Yusra Alhabsyi Diberi Gelar Adat Kehormatan Tertinggi 'Ki Punu'



BOLMONG - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bolaang Mongondow (Bolmong) menggelar prosesi adat penuh makna di Rumah Dinas Bupati, Rabu (5/3/2025) Lolak. Suasana sakral menyelimuti halaman rumah dinas saat Bupati Yusra Al-Habsyi dan Wakil Bupati Dony Lumenta tiba dan disambut para tetua adat dan tokoh masyarakat.

Deretan prosesi adat Bolaang Mongondow digelar dengan penuh khidmat, mengantarkan Yusra Al-Habsyi menerima gelar adat kehormatan tertinggi sebagai "Ki Punu".

Gelar ini bukan sekadar penghormatan, melainkan simbol kepercayaan besar yang diwariskan para leluhur kepada pemimpin baru.

'Ki Punu’ bermakna pemimpin yang menguasai sepenuh jiwa seluruh wilayah Bolaang Mongondow, dari bentangan daratan hingga luasnya lautan.

Sebuah gelar sakral yang hanya diberikan kepada pemimpin yang dianggap mampu mengayomi, melindungi, dan membesarkan masyarakat serta adat istiadat daerah.

Prosesi pemberian gelar adat dipimpin langsung oleh Khairun Mokoginta merupakan tokoh adat ternama yang dipercaya membawa amanah leluhur.

Pembacaan pemberian gelar yang dilakukan Khairun Mokoginta, dengan bahasa adat yang sarat makna filosofis. Setiap kata yang diucapkan seolah meresap ke dalam jiwa, mengingatkan bahwa menjadi Ki Punu bukan sekadar jabatan, melainkan sumpah pengabdian sepanjang hayat.

Dalam sambutannya, Bupati Yusra Al-Habsyi menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang mendalam kepada seluruh masyarakat, lembaga adat, serta pemerintah daerah.

Baginya, gelar ini adalah amanah berat yang harus dijaga dengan hati, pikiran, dan kerja nyata.

"Ini bukan gelar untuk saya pribadi, melainkan milik seluruh rakyat Bolaang Mongondow. Mari bersama kita rawat tanah ini, kita jaga lautnya, kita besarkan budayanya,” tegas Yusra penuh haru.

Tak lupa, Bupati juga menyampaikan apresiasi kepada Forkopimda, KPU, Bawaslu, serta seluruh pihak yang telah mengawal proses demokrasi di Bolaang Mongondow hingga melahirkan pemimpin yang benar-benar merupakan pilihan rakyat.

Yusra pun menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak, terutama aparat TNI-Polri, jika selama masa Pilkada ada gesekan atau ketidaknyamanan yang terjadi.

“Sekarang saatnya kita tinggalkan segala perbedaan. Kita satukan langkah, membangun Bolaang Mongondow menjadi daerah yang maju, bermartabat, dan selalu menjunjung tinggi adat istiadat yang kita cintai bersama,” pungkasnya.

Hari itu, bukan hanya Yusra Al-Habsyi yang menerima gelar. Seluruh rakyat Bolaang Mongondow seakan diingatkan kembali bahwa adat dan budaya adalah fondasi utama yang mengikat setiap langkah dalam membangun daerah. Gelar Ki Punu bukan milik pribadi, melainkan cermin kebesaran leluhur dan harapan besar seluruh masyarakat. ***