Anjloknya Harga Nenas, Warga Lobong Lanjutkan Hidup Dengan Menambang Walau Tidak Ada Keahlian Khusus
Masa Pandemi Covid-19, Warga Penghasil Nenas di BMR Beralih Menjadi Penambang Emas
Bolmong, MataBMR.id - Aktifitas penambangan emas di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), bagi masyarakat adalah tumpuan hidup di masa pandemi covid-19.
Pasalnya, 80 persen warga Desa Lobong yang sebelumnya menggantungkan hidupnya sebagai petani nenas, kini beralih menjadi penambang tradisional. Semenjak wabah virus Corona melanda negeri ini sejak tahun 2020 lalu, harga nenas terjun bebas di bawah harga pasaran.
Meski tidak punya keahlian bertambang, namun kondisi ekonomi yang dampaknya mengancam perekonomian warga memaksa mereka untuk bertambang tujuannya hanya satu yakni mencari nafkah untuk menghidupi keluarga di rumah.
Seperti kata Sapri warga Desa Lobong, awalnya kami tak ada niat untuk bekerja sebagai penambang emas.
"Karena selama hidup kami tidak pernah bekerja sebagai pencari logam mulia, akan tetapi kondisi saat itu di hadapkan pada dua pilihan yakni nekat bertambang atau anak istri kelaparan, " ujar Sapri, Kamis (3/6/2021).
Meski hanya menggunakan alat manual (Betel) bersama warga lainnya kami mencoba pekerjaan baru yakni, bekerja sebagai penambang tradisional. Sapri menyebut jika tanah yang di jadijkan lahan pertambangan tersebut adalah tanah milik sendiri yang punya legalitas kard desa.
Bagi Sapri dan warga Lobong lainnya, Lepas dari status lokasi pertambangan tersebut yang tidak berijin namun keberadaanya sangat membantu menghidupi keluarganya di tengah wabah Covid 19.
Sementara itu salah satu tokoh masyarakat Passi barat yang juga mantan anggota DPRD Bolmong Herman Kembuan, kepada media ini angkat bicara terkait keberadaan lokasi penambangan yang berada di desa Lobong .
Menurut Herman adanya wabah Covid 19 membuat perekonomian dan hampir sebagian warga masyarakat Desa Lobong, dan sekitarnya. Terancam kehilangan pekerjaan. Di karenakan hasil perkebunan buah nenas yang menjadi tumpuan hidup masyarakat Lobong harganya sangat merosot.
"Sehingga kata Herman keberadaan lokasi pertambangan di desa Lobong yang hanya menggunakan alat manual (betel) hanya untuk menghidupi kelurga di rumah," katanya.
"Kasihan masyarakat, Mereka butuh biaya hidup di masa pandemi ini lagi pula tanah yang di jadikan lahan tambang tersebut itu milik warga bukan hutan lindung atau taman nasional," tukasnya.(Tim)
0 Komentar