Jual Pupuk Subsidi Tak Sesuai HET, Petani Minta Pemerintah Tindak Para Agen Nakal
Bolmong, MataBMR.id - Petani Kecamatan Dumoga Tenggara Kabupaten Bolaang Mongondow keluhkan kenaikan harga pupuk bersubsidi. Pasalnya, harga pupuk bersubsidi tembus hingga 120.000 perkarungnya, sementara Harga Eceran Tertinggi (HET) dari Pemerintah sudah di tetapkan sebesar 112.500 Persak.
Salah satu angen penyalur pupuk subsidi yang menjual di atas harga eceran tertinggi ini langsung mendapat sorotan dari sejumlah petani, Kamis (30/06/2021).
Hal inilah yang dikeluhkan oleh para petani, karena biasanya para petani dalam membeli pupuk hanya mengeluarkan biaya sebesar Rp.112,500 per karung. Namun sekarang bisa sampai Rp.120.000 per sak.
"Harga jual hasil tani kami di bawah, sementara untuk pupuk sendiri selalu ada kenaikan harga. Ini yang mempersulit petani sehingga mempengaruhi hasil penen kami," ungkap salah satu petani yang tidak ingin namanya di sebutkan.
Menurut dia, jika hal seperti ini terus terjadi, dengan secara tidak langsung akan membunuh parah petani kelas bawah seperti mereka yang hanya mengandalkan hasil panen.
"Maka kami meminta pemerintah agar kiranya memperhatikan petani kelas bawah seperti kami ini. Kebutuhan petani melonjak naik sementara hasil panen tetap di bawah sehingga mempengaruhi keseimbangan dalam hasil panen kami," tuturnya.
Sementara itu saat dikonfirmasi salah satu pengencer untuk Kecamatan Dumoga Tenggara, Mohamad Abu Toha, mengungkapkan, bahwa pada dasarnya tidak seperti itu. Menurutnya ini tidak benar terkait dengan penambahan biaya sejumlah Rp.20000 dalam setiap karung.
"Saya hanyalah mengambil keuntungan sebesar Rp.5000 dalam setiap karung, dan itu adalah hal yang wajar saja menurut saya, saya rasa bukan hanya saya, bahkan ini terjadi pada setiap kios pengencer," ungkap Abu.
Lanjut Abu, sementara tidak ada biaya yang diberikan dari PT ke saya dalam setiap kali penjemputan pupuk yang ada di gudang, dan saya menggunakan biaya sendiri, selain itu saya juga terbuka untuk biaya penambahan tersebut bahkan sempat mengahdirkan PPL dan dinas distributor untuk menyamakan nya ke petani.
"Dan untuk biaya pembelian pulpen, buku sampai dengan penjemputan pupuk yang ada di gudang itu biaya dari saya sendiri dan kalo saya harus berpatokan pada harga HET kan saya tidak dapat keuntungan apa-apa," tutupnya. (Vijay Karundeng).
0 Komentar